ALAY Mewarnai Dunia Kita

ALAY, suatu sebutan subjektif yang diletakkan kepada mereka, manusia-manusia yang dianggap eksis dengan perilakunya yang sok imut, sok lucu, dan sok-sok yang lain. Definisi alay sendiri adalah sesuatu yang subjektif bagi saya, karena saya mendefinisikan alay di atas menurut pemikiran murni saya pribadi. Namun, mayoritas definisi yang kita bentuk tetang alay adalah sama.

Pada dasarnya, ALAY merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan Demokrasi Pancasila, yakni dalam hal kebebasan berekspresi. Alay memang hak individu, termasuk hak asasi bahkan. Hak ini bernilai mutlak, utuh, dan kekal. Setiap individu yang terlahir di dunia layaknya individu lain memiliki hak ini secara nyata, sehingga setiap individu BOLEH ber-ALAY-ria.
Suatu kelompok masyarakat yang terdiri dari beberapa individu memiliki sebuah kewajiban utuh, yang merupakan paket dari hak asasi tadi yang utuh pula. Kewajiban ini adalah menghormati hak asasi orang lain, dalam bentuk apapun, termasuk tidak menghinanya.
Memang, pada beberapa kasus, ALAY merupakan sebuah hal yang mengasyikkan dan menyenangkan, khususnya diri sendiri. Contoh yang dapat saya ambil di sini adalah username di Twitter. Selain itu, ALAY yang mengasyikkan lainnya adalah kegiatan ALAY yang dilakukan bersama rekan dekat saat sedang bersama, sehingga muncullah tawa-tawa bening dari bibir mereka.
Namun, pada beberapa hal, ALAY cukup mengganggu. Kasus nyata ada pada situs jejaring sosial, Facebook. Beberapa pemilik account Facebook menggunakan nama tidak sebenarnya yang notabene dinilai sebagai ALAY oleh beberapa kalangan. Hal ini sebenarnya tidak masalah, namun menjadi sebuah hambatan besar dalam pencarian account yang bersangkutan. Pemilik account lain yang berusaha mencari account ALAY tersebut akan susah menemukan account ALAY apabila sebelumnya jarang terjadi hubungan atau sebelumnya tidak tahu nama account ALAY tersebut, apalagi bila foto yang bersangkutan juga foto ALAY yang bukan merupakan foto diri. Selain menyulitkan, memang terkadang timbul suatu ketidaksukaan terhadap cara menulis yang besar-kecil, menambah-nambahkan huruf, simbol dan sebagainya. Harap ini disadari untuk perbaikan.
Alangkah baiknya kita semua menyadari bahwa ALAY dapat membanggakan diri sendiri (mungkin bagi beberapa kalangan) yang dapat digunakan dalam beberapa kondisi, namun juga perlu disadari bahwa ALAY dapat mengganggu sebagaimana telah dicontohkan di atas. Namun, tetap harus kita sadari bahwa ALAY merupakan hak asasi yang sewajarnya kita hargai.
Letakkanlah ALAY sebagai kebanggaan pribadi dengan mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan.

Note: Tulisan ini murni dari pemikiran Danang Setia Budi.

12 Komentar

Filed under Life

12 responses to “ALAY Mewarnai Dunia Kita

  1. dhewoel

    hmmmm……semoga para alay-ers,,,mau sadar, betapa nggak pentingnya sikap alay itu…hakakakak….

  2. alay mewarnai dunia. membuat dunia menjadi dinamis. thank’s for allay!

  3. Damar Dwiyadi Pratama

    Kalo saya berfikir sebutan ALAY itu sebagai Kontrol Sosial, tapi sepertinya gagal, karena banyak orang alay, yg teriak alay! http://artikelmenarik.wordpress.com

  4. Seavood

    Miyabi alay bukan?

  5. HN

    Wah, gawat
    klo gitu foto FB ku alay juga dong :p

Tinggalkan Balasan ke dhewoel Batalkan balasan